Langsung ke konten utama

SABTU,30 JANUARI 2016



Sebenarnya saya ingin menyelesaikan cerita saya tentang pengalaman pertama menjadi guru kemarin. Tetapi berhubung notebooknya lowbath akhirnya saya tidak sempat. Maklumlah disini listriknya hanya hidup dari jam 06.00 soreh sampai 11.00 malam. Belajar untuk memulai segala sesuatu dengan pikiran yang positif. Segala hal yang menjadi perjalananan terasa lebih muda dengan pandangan positif. Itulah yang menjadi pegangan saya ketika melakukan segala kegiatan sehari-hari. Keyakinan dan kedamaian hati adalah hal mahal yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Hari selasa 20 januari 2016, hari pertama saya mengajar di dalam kelas. Memang mengajar bukanlah hal yang baru bagi saya. Sejak kuliah kami sudah dibekali dengan latihan dan pembelajaran tentang cara mengajar yang baik. Tetapi tetap saja, menjadi guru benaran mempunyai rasa tersendiri yang berbeda dengan ketika waktu praktik dulu.
Kelas yang saya masuki pertama kali adalah kelas XI IPA 1, dengan jumlah murid pada waktu itu hanya 7 orang dari jumlah semua anggota kelas adalah 9 orang. Agak aneh tentunya mengajar di kelas yang jumlah siswanya hanya sedikit. Ketika saya memperkenalkan diri pertama kalinya, saya seolah-olah merasa berbicara sendiri karena kelas ini sangat sunyi dan diam, mungkin karena julah siswanya sangat sedikit. Tetapi kemudian saya berpikir positif saja, kalau dengan mengajar adik-adik ini yang jumlahnya hanya bersembilan, pasti saya lebih mudah untuk membimbing dan mengenal mereka satu persatu.
Kendala yang saya temukan pertama kali adalah sulitnya membangun komunikasi timbal balik dengan mereka. Kemampuan untuk berbicara dari adik-adik ini sangatlah minim. Rata-rata dari kesembilan orang peserta didik ini sulit untuk mengemukakan pendapat mereka. Ketika saya memulai proses pembelajaran, saya seperti berbicara seorang diri di dalam kelas dan mereka hanya mendengarnya. saya sangat sulit untuk mendapat respon balik  ketika saya memberikan beberapa pertanyaan mudah berkaitan dengan materi pembelajaran, yang biasa saya lakukan untuk membangun komunikasi dengan peserta didik. Bahkan beberapa gerak gerik dilakukan seperti pura-pura menulis, atau bertindak seolah-olah melakukan diskusi dengan teman semejanya, membolak-balik buku ada pula seorang siswa yang mungkin sudah mengetahui jawabanya tetapi ragu-ragu menjawabnya hanya dengan suara yang kecil yang  terdengar seperti dengungan bagi saya. Kesimpulan saya pada waktu itu mengatakan kalau anak murid saya ini mengetaui jawaban tetapi “takut” untuk menyampaikan jawaban tersebut. Bahkan tak jarang beberapa pertanyaan yang jawabanya hanyalah ya dan tidak pun, sering kali dipaksa untuk mendapat respon mereka.
Sebagai seorang guru yang pernah menjadi anak SMA Sebelumnya, saya juga pernah mengalami hal yang sama seperti adik-adik ini. Saya seringkali takut untuk menjawab pertanyaan walaupun saya tau kalau jawaban itu benar. Terlebih lagi jikalau yang memberikan pertanyaan adalah guru-guru yang tergolong killer. Saya hanya berani menjawab jika beramai-ramai bersama teman lainya dengan tujuan jika jawaban itu salah maka guru killer tersebut akan sulit menemukan siapa yang menjawabnya,sehingga hukuman diberikanpun berjemaah. Jadi untuk sementara saya berpendapat kalau saya adik-adik saya ini takut menjawab karena  takut dihukum jika menjawab salah, walaupun mereka yakin bahwa jawaban itu benar. Takut dihukum menyebabkan kurangnya rasa percaya diri untuk menjawab pertanyaan.
Menyadari hal terebut saya mencoba manyakinkan mereka bahwa saya bukanlah tipe guru yang killer, yang akan memberikan hukuman jika mereka memberikan jawaban yang salah. Justru saya akan menghargai setiap jawaban yang diberikan oleh adik-adik ini. tentu hal ini menjadi PR tersendiri bagi saya untuk melatih menghargai dan mengapresiasi setiap jawaban sehingga setiap siswa tidak merasa direndahkan ketika mereka memberikan jawaban yang salah. Sebagai Guru baru saya tentunya perlu melatih setiap emosi dan kata-kata didalam kelas.
Setelahnya saya mencoba mengakrabkan diri dengan adik-adik ini dengan bercerita tentang pengalaman saya ketika masih SMA seperti mereka, pengalaman saya belajar fisika yang dulunya pernah menjadi pelajaran paling mengerikan bagi saya, dan pada akhirnya mulailah terdengar sedikit keributan ketika ada canda tawa diantara mereka sehingga sedikit menimbulkan rasa puas dalam hati saya karena setidaknya saya sudah menciptakan komunikasi yang paling tidak membaik dengan adik-adik ini.
Sisa waktu pelajaran kali ini hanya saya habiskan dengan bercerita dan mencoba mengenal adik-adik ini dengan lebih baik. Ketika Gong berbunyi menandakan akhir les saya menyampaikan rencana pertemuan berikutnya. Kesan pertama saya ketika saya meyelesaikan les pertama saya adalah saya merasa puas karena paling tidak saya sudah mencoba untuk memberikan kesan dan perkenalan dengan baik dengan adik-adik ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVERYBODY’S CHANGING (keane)

Everybody ’ s Changing .... Sebuah lagu yang dilantunkan Keane mengiringi hujan di akhir pekan ini. daripada jenuh tidak ada kerjaan  ada baiknya saya mencoba mencari maksud dari lagu yang dinyanyikan oleh keane ini....   Dilihat dari musiknya saya pikir lagu ini tergolong Slow rock dengan bunyi bass yang mendominasi. Lagunya pass untuk didengar disaat-daat santai apalagi di suasana hujan seperti ini... tetapi yang paling menggugah adalah liryknya. Suatu lagu dapat hidup ketika liryknya dapat menyentuh hati pendengarnya. Begitulah kira-kira liryk lagu yang berjudul everybody’s changing ini setikit mengusik pikiran saya.   Semua orang berubah. Alam pun berubah, dan kehidupan itu adalah menyangkut perubahaan, bahkan segala sesuatu di alam semesta akan senantiasa mengalami perubaan. Begitupun kehidupan manusia, perubahaan merupakan kodrat yang harus dilaliui. Liryk lagu everybodyl ’ s changing i ni kurang lebih menceritakan tentang seseorang yang menyadari bahwa telah terjadi pe

TEKS PADUAN SUARA KRISTUS RAJA PERKASA

 

TEKS KOOR KARENA AKU KAU CINTA