Terasa dingin suasana
pagi ini, aku tersadarkan dari tidurku yang lelap. Terdengar dari jauh bunyi
burung-burung berkicau seolah-oleh menandakan kalau semestinya kita juga harus
ikut berkicau bersamanya. Lonceng gereja katredal memecah kesunyian memberikan
tanda bahwa sudah saatnya untuk bangun dan berdoa mengucap syukur. Yap!, suasana
pagi di ruteng memang menjadi momen yang tak terlupakan terlebih ketika kita
dibatasi oleh jarak dan waktu untuk menikmatinya. Segelas kopi dan sepiring daeng ikut mengawali hari, memberikan
semagat untuk setiap aktivitas yang akan dijalani.
Ruteng! kota
seribu kenangan dengan rasa penantian pada matahari yang terkadang malu-malu
menunjukan diri. Mendung dan gelap sudah menjadi tanda kalau sebentar lagi kita
akan memasuki masa natal. Jalanan yang basah bekas hujan semalam, seakan tak
mempercayai embun untuk menyirami bumi. Memori masa kecil kmbali terlintas pada
bayangan bocah-bocah kecil memegang ketapel dan berjaga-jaga dibawah pohon akasia, menanti bucung cik kuning atau cik mulolo untuk sekedar mengisap madu. Dan pada saat itulah
ketangasan bocah-bocah ini teruji mengalahkan snpier-sniper jaman modern. Sungguh
kenangan yang tidak mungkin terulang lagi.
Kembali ke
suasana pagi dengan alunan instrumental mr. Kenneth Gorelick dengan khas saksofonya mengantar
seteguk demi seteguk kopi bercampur bersama asam lambung. Beragam kisah masa
lalu menjadi bahan perenungan untuk kembali menata hari ini. Terlebih lagi
ketika aku menyadari ternyata sudah 24 tahun perjalanan ziarah ini kulalui bersama
daging dan tulang yang dipercayakan padaku. 24 tahun memang terengar seperti umur
jagung bagi mereka yang memang telah makan garam melintasi perjalanan hidup,
tetapi bagiku ini adalah waktu dimana aku dapat melihat kebelakang dan kkemudian
berkata selamat tinggal masa lalu semoga yang baik akan tetap tinggal dan
berkembang.
Banyak hal yang
telah kupelajari, dari setiap kesulitan dan rintangan ataupun kebahagian dan
keberhasilan. Setiap kisah berjalan bersama waktu yang tak mukin diulangi. Waktu
menjadi penentu kapan itu terjadi, dan terus berlatih untuk menerima segala
sesuatu yang diberikan waktu dengan mencari celah kecil agar waktu senantiasa memberikan yang terbaik. Setiap
cinta yang pergi pasti akan kembali jika memang itu cinta sejati. Setiap rintangan
pasti akan dihadapi walaupun hasilnya tak memuaskan, karena sebetulnya waktu
adalah pembuktian untuk segalanya.
Dan Siapakah pemilik waktu? Entalah…
dan aku kehabisan kata untuk ditulis…. :D
Pagi semakin
gelap, sepertinya hujan akan kembali turun. Sabarlah sedikit… kopiku belum habis kuminum dan
aku belum siap untuk melakukan perjalananku merajut takdir. Beberapa orang
mungkin membutuhkanku untuk suatu cerita abbstak yang kuberikan, atau bahkan
ada yang pura-pura membutuhkan. Tetapi aku tak peduli, yang pasti cerita abstraku
ini tentang kehidupan.
Selamat pagi…
Komentar
Posting Komentar